Saham perbankan emang lagi moncer tahun ini. Setelah pemerintah menyuntikkan dana gede buat kredit demi pertumbuhan ekonomi, saham perbankan langsung terbang tinggi. Saham BBNI vs BMRI bagus mana untuk investasi?
Ini aku kasih ulasan sedikit tentang performa dua saham perbankan pelat merah berdasarkan kinerja terakhir. Btw, saham BBNI (Bank Negara Indonesia) dan BBRI (Bank Mandiri) ini berdasarkan data kinerja “Bank Only” per Oktober 2025 ya.
Secara umum, kedua saham ini, sebagai bank BUMN besar, memiliki fundamental yang kuat, tetapi memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda.
Ringkasan
Analisis Kinerja Keuangan BBNI (Bank Negara Indonesia)
Kinerja BBNI menunjukkan pertumbuhan kredit yang kuat, namun menghadapi tantangan dalam kualitas aset dan efisiensi.

Neraca (Balance Sheet)
• Loans (Kredit): Pertumbuhan kredit BBNI menunjukkan stagnasi pada basis bulanan (MoM 0%) di Oktober 2025 (Rp 795 Triliun), namun secara tahunan masih tumbuh signifikan (YoY 10%). Angka ini berada dalam target panduan FY25G (8-10%).
• Total Earnings Asset: Terjadi penurunan MoM (-1%) tetapi pertumbuhan YoY yang sehat (16%), mencapai Rp 1.102 Triliun.
• Third Party Fund (DPK): Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sehat secara YoY (21%) mencapai Rp 911 Triliun, didorong oleh pertumbuhan CASA (Current Account Savings Account/rekening giro dan tabungan) sebesar 17% YoY. CASA ratio yang mencapai 68,4% (Okt-25) menunjukkan struktur pendanaan yang efisien, meskipun sedikit turun dari Sep-25 (69,2%).
• CASA Ratio: Rasio ini tinggi dan menunjukkan biaya dana (Cost of Fund/CoF) yang relatif rendah, yang merupakan keunggulan kompetitif. Rasio CASA yang tinggi menunjukkan bahwa bank memiliki lebih banyak dana dengan biaya yang rendah. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bank.
Laba Rugi (P&L)
• Net Interest Income (NII): Secara bulanan (MoM), NII BBNI tumbuh kuat (10%), tetapi secara tahunan (YoY) stagnan (0%) di Rp 3,5 Triliun. Hal ini mengindikasikan tekanan pada margin bunga, meski pendapatan bunga (Interest Income) tumbuh 5% YoY.
• Non-Interest Income: Penurunan tajam MoM (-23%) dan YoY (-5%). Ini perlu dicermati karena pendapatan non-bunga penting untuk diversifikasi sumber pendapatan.
• Operating Expenses (Beban Operasional): Penurunan signifikan MoM (-25%) dan sedikit kenaikan YoY (7%). Pengendalian beban yang baik secara bulanan dapat meningkatkan profitabilitas.
• PPOP (Pre-Provision Operating Profit): Peningkatan tajam MoM (33%) dan YoY (21%), mencerminkan perbaikan laba operasional sebelum memperhitungkan provisi.
• Net Profit: Laba bersih stagnan MoM (0%) dan turun YoY (-7%). Penurunan YoY terutama disebabkan oleh kenaikan Provisi (Provision) yang sangat tinggi (154% MoM, 111% YoY), mengindikasikan kehati-hatian bank terhadap kualitas kredit atau potensi peningkatan NPL (Non-Performing Loan).
Rasio (Ratios)
• NIM (Net Interest Margin): Turun dari 4,4% (Okt-24) menjadi 3,8% (Okt-25). Penurunan ini menunjukkan tekanan margin akibat kenaikan Cost of Fund (CoF) atau penurunan yield kredit.
• Credit Cost: Meningkat tajam dari 1,2% (Okt-24) menjadi 3,8% (Okt-25), jauh di atas rata-rata 10M25 (1,1%). Kenaikan ini mengonfirmasi perhatian bank terhadap risiko kredit (yaitu pencadangan yang lebih besar).
• LDR (Loan to Deposit Ratio): Sedikit menurun dari 96,1% (Okt-24) menjadi 87,3% (Okt-25), menunjukkan likuiditas yang lebih baik.
BACA JUGA:
- 3 Jenis Saham Perusahaan Berisiko Tinggi
- 5 Risiko Investasi Saham
- 7 Keuntungan Investasi Saham Bagi Pemula
- Cara Investasi Saham Modal Kecil
- Cara Trading Saham untuk Pemula
Analisis Kinerja Keuangan BMRI (Bank Mandiri)
BMRI menunjukkan pertumbuhan yang solid baik dari kredit maupun DPK, serta rasio profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan BBNI.

Neraca (Balance Sheet)
• Loans and Financing (Kredit): Pertumbuhan kredit yang sangat solid secara MoM (1%) dan YoY (11%) mencapai Rp 1.404 Triliun. Angka YoY ini sudah mencapai batas atas target panduan FY25G (8-10%).
• Total Earnings Asset: Tumbuh stabil MoM (2%) dan YoY (15%), mencapai Rp 1.799 Triliun.
• Third Party Fund (DPK): Pertumbuhan DPK kuat MoM (3%) dan YoY (15%) mencapai Rp 1.531 Triliun, didorong oleh kenaikan Time Deposits (Deposito) yang melesat 51% YoY.
• CASA Ratio: Rasio CASA BMRI mencapai 71,6% (Okt-25), relatif stabil dibandingkan Okt-24 (78,4%). Rasio ini jauh lebih tinggi dari BBNI, yang menunjukkan kekuatan pendanaan murah BMRI, terutama di segmen mikro. Ini bakal bersaing dengan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) nanti ya.
Laba Rugi (P&L)
• Net Interest Income (NII): Tumbuh baik MoM (5%) dan YoY (5%) mencapai Rp 6,8 Triliun. Pertumbuhan NII yang positif menunjukkan bank mampu mempertahankan margin meskipun ada tekanan.
• Non-Interest Income: Tumbuh positif MoM (3%) dan kuat YoY (19%). Kinerja pendapatan non-bunga yang lebih baik dari BBNI menunjukkan diversifikasi pendapatan yang lebih sukses.
• Operating Expenses (Beban Operasional): Tumbuh MoM (17%) dan YoY yang tinggi (37%). Kenaikan beban operasional yang tinggi perlu dicermati dan dapat menekan efisiensi.
• PPOP (Pre-Provision Operating Profit): Penurunan MoM (-4%) dan penurunan signifikan YoY (-8%). Berbanding terbalik dengan BBNI, PPOP BMRI justru tertekan, kemungkinan akibat kenaikan Beban Operasional yang tinggi.
• Net Profit: Laba bersih stagnan MoM (-1%) dan tumbuh YoY (1%). Meskipun pertumbuhannya tipis, laba bersih BMRI relatif stabil dan positif secara YoY. Kenaikan Provision (Provisi) sebesar 17% YoY tidak terlalu menekan laba seperti yang terjadi pada BBNI.
Rasio (Ratios)
• NIM (Net Interest Margin): Turun dari 5,0% (Okt-24) menjadi 4,6% (Okt-25), namun masih lebih tinggi dari NIM BBNI (3,8%), menunjukkan margin profit yang lebih unggul.
• Credit Cost: Menurun dari 0,9% (Okt-24) menjadi 0,2% (Okt-25), jauh di bawah BBNI dan rata-rata 10M25 (0,8%), mengindikasikan kualitas aset BMRI yang lebih baik (risiko kredit lebih rendah) untuk periode ini.
• LDR (Loan to Deposit Ratio): Menurun dari 95,1% (Okt-24) menjadi 91,7% (Okt-25), menunjukkan penurunan sedikit tekanan likuiditas.

Analisis Mendalam Saham BBNI vs BMRI
BBNI: Potensi Turnaround dengan Risiko Provisi
Kelebihan BBNI:
1. Operasional Inti Kuat (PPOP): Kenaikan PPOP sebesar 1% YoY (10M25) menunjukkan aktivitas inti bank berjalan sehat dan Beban Operasional terkendali.
2. Pertumbuhan DPK Tinggi: Mampu menarik DPK dengan pertumbuhan 21% YoY.
Kekurangan dan Risiko BBNI:
1. Kualitas Aset Bermasalah Jangka Pendek: Peningkatan Credit Cost yang sangat tinggi menjadi 3,8% di Oktober 2025 (dari 1,2% di Okt-24) adalah alarm utama. Ini menunjukkan bank sangat berhati-hati dengan potensi kredit bermasalah atau sedang melakukan cleanup besar-besaran terhadap asetnya. Ini yang menyebabkan laba bersihnya anjlok -6% YoY.
2. NIM Rendah: NIM 3,8% jauh di bawah BMRI, mengindikasikan tekanan pada margin bunga.
Prospek Saham BBNI Tahun 2026
Saham BBNI memiliki potensi rebound besar jika dan hanya jika bank berhasil menormalkan kembali Credit Cost ke level normal (sekitar 1-1,5%) pada 2026. Jika provisi menurun, laba bersih BBNI dapat melonjak signifikan.
BMRI: Superioritas Margin dan Kualitas Aset
Kelebihan BMRI:
1. Kualitas Aset Superior: Credit Cost yang sangat rendah, yaitu 0,2% di Oktober 2025, menunjukkan risiko kredit (NPL) BMRI sangat terkendali. Ini adalah keunggulan fundamental utama.
2. Margin Tinggi (NIM): NIM 4,6% jauh lebih tinggi dari BBNI, memberikan buffer yang lebih baik terhadap kenaikan biaya dana.
3. Pertumbuhan NII Positif: Meskipun dihadapkan pada tantangan, pendapatan bunga bersih masih tumbuh 4% YoY (10M25).
Kekurangan dan Risiko BMRI:
1. Tekanan Beban Operasional: PPOP BMRI anjlok -11% YoY (10M25), yang disebabkan oleh melonjaknya Beban Operasional (+41% YoY). Hal ini menunjukkan adanya inefisiensi atau investasi besar dalam teknologi/SDM yang menekan laba operasional.
2. Penurunan Laba Bersih Lebih Besar: Laba bersih turun -10% YoY, lebih dalam daripada BBNI, mencerminkan gabungan dari penurunan PPOP dan/atau peningkatan biaya lainnya.
Prospek Saham BMRI Tahun 2026
Prospek saham BMRI tahun 2026 tetap cerah. Jika bank dapat mengendalikan lonjakan Beban Operasional (yang mungkin bersifat non-recurring atau one-off), dengan kualitas aset dan NIM yang superior, laba BMRI akan pulih dan tumbuh kuat pada 2026.
Kesimpulan: Layak Beli dan Mana yang Lebih Bagus?
1. Apakah Masih Layak Beli?
Ya, kedua saham bank BUMN ini masih layak dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang (2026 dan seterusnya).
• Untuk Akhir 2025: Kedua saham mungkin mengalami tekanan seiring dengan penutupan tahun fiskal di tengah tantangan makro. Namun, saham-saham ini seringkali menguat menjelang pembagian dividen di kuartal I tahun berikutnya.
• Untuk Tahun 2026: Kinerja perbankan diproyeksikan akan membaik seiring dengan potensi penurunan suku bunga global/domestik yang dapat mengurangi Cost of Fund dan potensi pertumbuhan kredit. Valuasi keduanya umumnya dianggap menarik saat terjadi koreksi.
2. Bagus Mana Antara Saham BBNI vs BMRI?
Pilihan tergantung pada profil risiko Anda:
| Profil Risiko | Bank Mandiri (BMRI) | Bank Negara Indonesia (BBNI) |
| Profil Investor | Low to Medium Risk (Pilihan Aman) | Medium to High Risk (Potensi Upside Besar) |
| Alasan Utama | Kualitas Aset yang Sangat Superior (Credit Cost 0,2%) dan Margin Tinggi (NIM 4,6%) memberikan fundamental yang kokoh dan tahan banting. | Potensi Rebound Laba yang sangat besar jika bank berhasil menyelesaikan cleanup asetnya dan menurunkan biaya provisi 3,8% ke level normal. Kinerja PPOP yan |
| Kesimpulan | BMRI Lebih Unggul dari sisi fundamental dan risk management saat ini. | BBNI Memiliki Potensi Capital Gain Lebih Tinggi jika terjadi pemulihan kualitas aset. |
Oh ya, ini perbandingan grafik harga saham BBNI vs BMRI sejak awal tahun hingga 1 Desember 2025 ya. Emang sih belum naik signifikan kalo dibandingkan sejak awal tahun. Tapi kalo rutin menyimak perkembangan saham BBNI vs BMRI, terutama kinerja dua perusahaan ini, semoga masih bisa untung ya. Kan dikoleksi buat investasi jangka panjang.

Btw, kalian bisa membeli saham BBNI saat ini seharga Rp 431.000 untuk satu lot dan saham BMRI seharga Rp 486.000 untuk satu lot. Karena saat investasi saham, kalian perlu membeli dalam satuan lot alias 100 lembar untuk ukuran 1 lot. Mayan buat investasi, kan? Ini aku beli dan investasi saham di Stockbit.
Lantas gimana bisa untung? Nah, saat harga saham BBNI vs BMRI naik dan kalian menjual, di situlah selisih harga terjadi dan itulah untung kalian. Belum lagi cuan dari dividennya. Misal, dividen saham BBNI pada April 2025 sekitar Rp 375 per lembar saham. Jika kalian punya satu lot aja, nanti akan dapat dividen Rp 37.500 langsung ke rekening dana nasabahmu. Menarik nggak tuh?
Jadi tertarik beli saham BBNI vs BMRI ini? Atau kalian punya portofolio saham apa? Atau malah masih bingung mau investasi saham apa? Share di kolom komentar ya.
