IMG 20140911 WA0004 2

IMG-20140911-WA0004 (2)Berwirausaha bisa dimulai dari hobi. Kesenangan melakukan sesuatu itu bila ditekuni akan menghasilkan pundi-pundi.

Itulah yang dilakoni Dumas Artadi. Lelaki 28 tahun ini semula gemar memodifikasi jok sepeda motor jenis vespa. Hobi yang tanpa disadarinya itu justru mengalihkan profesi utamanya menjadi pewarta foto.

Awalnya, Dumas berkesempatan berkunjung ke Thailand beberapa waktu lalu. Saat itu, ia menjadi pewarta foto pada sebuah majalah Ibu Kota dan harus meliput demonstrasi kelompok Kaus Merah di sana. “Saat liputan itu, saya menemui komunitas pecinta Vespa dan sempat berbagi pengalaman,” kata Dumas.

Dumas lantas diajak komunitas tersebut berkunjung ke bengkel sekaligus toko aksesoris Vespa di Kota Sukatani, Thailand. Di bengkel itu tersedia banyak pernak-pernik Vespa yang tidak tersedia di Indonesia. Ia melihat ada kesempatan bisnis yang bisa dilakukan melalui kerja sama dengan komunitas Vespa di kota tersebut.

“Di sana banyak behel, back rack, velg, knalpot, dan jok Vespa dengan variasi unik yang tidak tersedia di Indonesia. Setelah tukar kontak dan email, saya manfaatkan perkenalan itu dengan menjadi suplier aksesoris Vespa. Jadi sebelum memproduksi jok Vespa, saya sempat menjadi importir aksesoris sampai 2011,” ujarnya.

Tidak puas hanya menjadi pengusaha retail, pada 2012 Dumas memutuskan memproduksi aksesoris Vespa secara mandiri. Namun ia memilih fokus pada jenis jok motor Vespa. Sebab, potensi paling mungkin diproduksi saat ini di Indonesia hanya barang itu.

“Bahan dasar jok Vespa hanya kulit imitasi, busa, dan rangka dari besi yang bisa kita las secara mandiri. Semua barang itu bisa kita peroleh di pasar-pasar biasa. Saya punya prinsip lakukan saja dari yang paling mudah terlebih dahulu,” katanya.

Dumas menyatakan, modal awal usahanya hanya sebesar Rp 1 juta. Saat itu ia hanya mampu memproduksi satu jok yang langsung digunakan untuk Vespa miliknya sendiri. Namun hasil produksi itu juga digunakan untuk sarana promosi.

“Sekarang saya sudah bisa jual sekitar 400 jok Vespa setahun. Harga jok yang saya jual antara Rp 1,1 juta sampai Rp 1,2 juta dengan marjin keuntungan sekitar 30 persen. Tingkat kesulitan permintaan yang menentukan harga jok Vespa itu,” ujarnya.

Dumas mengatakan, keunggulan jok Vespa hasil produksinya terletak pada harga. Untuk orisinil sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. “Padahal kualitasnya sama, hanya unggul di merek,” tuturnya.

Terkait desain, ia menyerahkan sepenuhnya ke pelanggan. Namun pelanggan bisa meminta saran sesuai karakterisik Vespa dan keinginan mereka. Model yang dimiliki cukup banyak misalnya kotak, lingkaran, bahkan ada yang menyerupai sofa rumah.

Ia menilai, tantangan terbesar menjalankan bisnis ini terletak pada luas pasar. Sebab, produk aksesoris Vespa memiliki pasar sangat terbatas. Barang itu hanya bisa dijual kepada orang-orang yang memiliki hobi memodifikasi Vespa. “Saya hanya mengembangkan pasar melalui perluasan pergaulan antarkomunitas. Jadi sambil touring dan kumpul-kumpul sesama pecinta Vespa bisa mempromosikan usaha,” ujarnya.

IMG-20140914-WA0001 (2)

Hanya Demi Cinta

Dumas awalnya sempat ragu menjadi wirausaha. Sebab, ia harus mau meninggalkan profesi yang sudah ditekuninya sejak lima tahun terakhir.

“Saya bangga pernah menjadi wartawan dan bisa berkunjung ke berbagai macam negara. Tapi saya sadar hasrat saya lebih terletak pada dunia modifikasi otomitif. Sebelum terlambat, saya segera beralih profesi,” ujarnya.

Pemenuhan hasrat itu mendorongnya lebih konsisten menjalankan sesuatu. “Hasrat itu seperti cinta. Kalau kita sudah mencintai sesuatu tentu akan konsisten menekuni bidang tersebut. Saya cinta bisa lebih konsisten pada dunia otomotif ketimbang kewartawanan,” ujarnya.

Ia beranggapan sebagai pengusaha tidak boleh kenal kata menyerah. Pengalaman jatuh bangun membangun bisnis dinilainya sebagai sebuah awal menuju sukses. “Mental pengusaha akan terlihat dari seberapa banyak mereka mengalami kejatuhan dan terus berjuang kembali bangkit. Semakin sering ia mengalami kegagalan, semakin matang ia berusaha,” ujarnya.

Pengalaman jatuh bangun usaha jok Vespa pernah ia rasakan akhir 2013. Saat itu ia belum menyadari jok Vespa merupakan barang yang dikonsumsi untuk jangka waktu panjang. Padahal, pasar jok Vespa sangat terbatas. “Waktu itu penjualan betul-betul kosong selama tiga bulan penuh. Padahal saya harus menggaji penjahit. Dari situ, saya belajar karakteristik pasar jok Vespa memiliki rotasi penjualan lambat. Strategi saya waktu itu terus memerluas pasar dengan berjejaring antarkomunitas Vespa,” ujarnya.

Dumas berharap usaha ini bisa terus membesar dan ternama. “Saya ingin memekerjakan lebih banyak orang. Saya menyadari sektor ketenagakerjaan kita butuh banyak lapangan yang bisa menyerap mereka,” tuturnya.

 

 

Nama: Dumas Artadi

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 16 Juni 1986

Pendidikan: Sarjana Komunikasi Jurusan Jurnalistik IISIP Jakarta

Hobi: Fotografi dan modifikasi otomotif

Alamat usaha: Pondok Mitra Lestari Blok E1 No 2, Bekasi Selatan 17424

Kontak usaha: 0878-8587-3335

 

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *