IMG 20140304 WA0008

IMG-20140304-WA0008Berawal dari ketidaksukaan bekerja kantoran, Anggay Andrea Juwita meneruskan bisnis sang ibunda Tuti Sulastry di bidang wedding package (WP) berupa dekorasi pernikahan dan catering. Anggay mengaku cepat bosan jika harus bekerja berhadapan dengan komputer dan rutinitas kerja yang monoton. “Aku lebih memilih bisnis ini karena tidak membosankan, rasanya seperti tidak bekerja,” ujarnya.

Anggay mengaku sayang jika tidak meneruskan bisnis sang ibu karena telah cukup dikenal dan berjalan cukup lama. Sarjana Psikologi Universitas Paramadina ini awalnya sering menjemput sang ibu dari tempat usaha dulu yaitu kantin di Gedung Wirausaha Kuningan, Jakarta. Usaha sang ibu ini diakui tidak banyak memberi keuntungan lantaran banyak pesaing. “Lantas mama menutup kantin lalu membuka usaha ini serta usaha bakery,” katanya.

Seringnya menjemput sang ibu, memunculkan niat Anggay meneruskan bisnis tersebut. Bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku, keluarga sudah mewariskan usaha tersebut ke anak-anaknya, terutama Anggay. Namun usaha bakery dipercayakan pada kakak sulung. “Kakak keduaku cowok dan sibuk sebagai polisi militer. Jadi tidak mungkin usaha ini dipegang dia,” ujarnya.

Selama empat tahun mengikuti bisnis sang ibu, ketertarikannya pada kegiatan memasak dan mengelola pernikahan semakin tumbuh. Sang ibu pun melihat perkembangan Anggay dan kini ia dipercaya memegang kontrol penuh atas bisnis keluarga yang kini memiliki aset sekitar Rp 1,5 miliar.

Ia lantas menamakan usahanya dengan Sambega. Nama ini diambil dari nama cucu pertama sang ibu. Kini omzet usaha paket pernikahan tersebut mempunya omzet Rp 300 juta dengan laba bersih sekitar Rp 50-80 juta sebulan.

Meski untung besar, Anggay merasa tak besar kepala. Baginya, usaha tersebut belum apa-apa karena ia berniat memperbesar usaha itu. Salah satu bukti keseriusannya, ia hendak sekolah memasak dengan biaya cukup tinggi, sekitar Rp 16 juta untuk tiga minggu. “Awalnya tidak suka memasak, tetapi sekarang justru ingin serius di dunia usaha ini,” katanya.

Wanita kelahiran 30 tahun silam ini mengaku cukup sibuk dengan kegiatannya memimpin usaha sang ibu. Ketika tidak sedang ada pesanan, ia mengaku lebih suka menghabiskan waktu berselancar di dunia maya mencari ide makanan dan dekorasi.

Kini, setelah empat tahun berjalan, usahanya telah memiliki 10 pegawai tetap, termasuk satu orang koki. Ke depan, ia berharap bukan lagi materi yang menjadi tujuan utamanya mengembangkan usaha. Ia justru memiliki cita-cita mengkaryakan lebih banyak orang. Menurutnya, orang-orang yang pernah bekerja padanya memiliki pendidikan dan keterampilan minim.

“Sedikit susah mengajarkan mereka, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka jadi pandai mendekorasi dan memasak. Ini bagus untuk membekali mereka dengan keterampilan meski tidak dengan pendidikan tinggi,” tuturnya.

Anggay berharap, mantan karyawan-karyawannya dapat mengembangkan kemampuan yang didapat semasa bekerja padanya untuk membuka usaha serupa, seperti menjual makanan, membuka kantin, dan menciptakan barang-barang seni dekorasi ruangan. “Semakin banyak mempekerjakan orang, semakin besar kesempatan mereka untuk memiliki usaha sendiri,” ujarnya.

Kesampingkan Cita-Cita Demi Usaha

Selepas memperoleh gelar sarjana psikologi, Anggay sempat bercita-cita ingin meneruskan kuliah master dan ingin membuka praktek sebagai psikolog. Namun karena tertarik usaha dekorasi pernikahan dan catering membuat Anggay mengesampingkan impiannya.

Anggay mengaku terlanjur jatuh cinta dengan bisnis yang telah membawanya umrah bersama keluarga dan beberapa negara di Asia Tenggara. “Belajar kepemimpinan juga membuat lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam waktu dan mengelola keuangan,” ungkapnya.

Pendidikan psikologi yang dimiliki diakuinya cukup membantu memahami kemauan dan masalah klien. Anggay menilai, kemampuannya memahami kejiwaan calon pengantin cukup membantu menghasilkan pesta pernikahan yang sesuai harapan mereka. “Alhamdulillah, sampai sekarang usaha ini belum mendapat omongan negatif dari klien. Kami menjaga kualitas dan kepuasan klien,” katanya.

Anggay menyebutkan, untuk menjaga dan mempertahankan usahanya, ia secara bersamaan menjaga kualitas makanan. Selain itu, bersama ibunya terus mengembangkan ide dekorasi dan makanan agar tidak sama dengan yang lain.

“Aku hobi makan juga, jadi setiap jalan-jalan pasti mencicipi rasa makanan tertentu. Begitu tertarik rasanya, besoknya aku ajak mama ikut mencicipi dan coba memasaknya di rumah,” tuturnya.

Hingga kini, ia menjaga usaha keluarganya sesuai pesan sang ibu untuk selalu menjaga kejujuran dan kualitas makanan. Kejujuran yang dimaksud adalah tidak mengurangi porsi pesanan. Selebihnya, ia mengembangkan sendiri pesan tersebut untuk mempertahankan usahanya.

“Apa yang sudah dipesan pengantin, itu yang kita kasih. Kami tidak akan mengurangi porsi makanan atau pun dekorasi yang sudah dipesan. Kami ingin keberkahan dalam usaha kami. Untung besar kalau tidak berkah kan percuma. Inilah yang mungkin membuat usaha kami sukses,” katanya.

Nama Usaha: Sawega Wedding Package and Catering
Nama : Anggay Andrea Juwita
Pendidikan : S1 Psikologi Universitas Paramadina
No.Handphone : 087876767684
Email : cateringsambega@gmail.com atau anggayandrea@yahoo.com
Alamat : Jl.Bambu Petung no.89 Bambu Apus, Cipayung-Jakarta Timur

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *