2a 2

2a (2)Anggapan perempuan mengenakan hijab ketinggalan zaman menjadi ide awal Aldarina Dwi Ramadhian membuat bisnis hijab dan kerudung bagi perempuan Islam (muslimah). Apalagi ia gemar belanja selendang (shawl) dan syal (scarf) untuk menutup aurat rambutnya.

Setelah memutuskan berhijab, wanita yang menetap di Malaysia ini sering berburu selendang dan syal yang memiliki motif unik dan lucu. Hal ini lantaran ingin menunjukkan dan mengajarkan secara tidak langsung kepada kaum muslimah bahwa berhijab tetap bisa bergaya.

“Banyak muslimah enggan menutup aurat karena merasa malu dinilai ketinggalan zaman dan tidak fashionable. Aku ingin mematahkan anggapan ini sekaligus menjadikan positif hobi belanjaku,” katanya.

Biasanya, Alda  berburu ke pasar Mayestik untuk mencari bahan di toko-toko kain, khususnya yang sedang memberikan diskon besar. Selain gemar membeli selendang dan syal siap pakai, ia juga gemar mendesain bahan-bahan yang dibelinya untuk dijadikan hijab.

“Aku cari bahan di Indonesia karena memang banyak yang bagus. Sekalian ketemu orang tua dan keluargaku di Jakarta ,” tuturnya.

Dengan kegemaran ini, Alda memiliki penjahit langganan yang mampu memodifikasi bahan-bahan yang dibelinya sesuai selera Alda. Kemudian, banyak teman yang menanyakan hijab Alda tersebut dan ingin memilikinya.

Banyaknya pertanyaan dari teman-temannya memunculkan ide menjadikan kegemarannya ini lahan bisnis baru. Alda pun mulai serius mencari model-model hijab dan motifnya yang tengah digandrungi muslimah, khususnya di Indonesia.

“Kenapa aku incar hijab yang happening di Indonesia karena di Malaysia menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara patokan fashion mereka,” katanya.

Tidak memiliki latar belakang desainer, pemilik gelar S2 di bidang IT Universitas Queensland ini membulatkan niat membuka usaha hijab. Dengan modal awal sekitar Rp 150 juta, Alda memulai usahanya untuk berbagai kalangan dengan nama Pink Elephant.

“Segmentasi untuk perempuan muslim. Pink Elephant menawarkan berbagai model, corak, hingga bahan yang bisa dipilih sesuai selera,” katanya.

Hingga saat ini, Alda mengaku keuntungan yang di dapat dari bisnisnya cukup membuahkan hasil. Namun keuntungan ini harus diputar lagi untuk membeli bahan baku hingga menggaji karyawan. “Alhamdulillah berkah, bisa menggaji karyawan meski masih UMR (upah minimum regional),” katanya.

Wanita yang hobi memercantik diri ini menjelaskan, produk bisnisnya memiliki keunggulan dibandingkan produk hijab atau kerudung lainnya. Mulai dari potongan, warna, kualitas bahan, hingga model yang disesuaikan dengan kekinian.

Dengan berbagai keunggulan ini, tak heran jika Alda menjual hijab atau kerudungnya senilai Rp 60 ribu hingga Rp 1 juta per lembar. Ia pun mampu membukukan keuntungan hingga 200 persen dari modal awal yang dimiliki. “ Sambutan pasar dari Malaysia, Brunei Darussalam hingga Singapura sangat baik. Alhamdulillah,” katanya.

8a (2)

Berdakwah dan Go International

Ketika belum menikah, Alda sudah memulai usaha berjualan hijab dan kerudung ke teman-teman kuliah dan kerjanya. Pengalaman ini menjadi salah satu bekal Alda dalam bisnis berjualan hijab yang dirintisnya.

Hijab yang unik dan memiliki banyak kelebihan menjadi alasan Alda memilih usaha ini. Menurutnya, hijab mampu memberikan tampilan lucu hingga rapi dan bersih pada kaum muslimah. Selain itu, dengan memproduksi sendiri, ia dapat berhemat dan menjalankan bisnis yang berkah.

Suaminya, Zaiti Irwan Zakaria yang berkewarganegaraan Malaysia dan juga keluarga besar Alda di Indonesia mendukung penuh bisnis hijab Alda. Bisnis ini diyakini membawa berkah karena selain membawa keuntungan juga mendorong Alda bisa berdakwah dan mengajak muslimah menutup aurat.

“Suami support 100 persen karena di samping berbisnis saya juga berdakwah meyakinkan muslimah lain dari berbagai golongan bahwa berhijab menjadikan cantik, bergaya, dan yang paling utama insya Allah mendapat pahala,” katanya.

Selain berharap mendapat pahala dengan berdakwah, Alda juga mengharapkan usahanya go international. Hal ini didasari kemiripan selera sesama negara Asean dan jumlah kaum muslimah yang juga cukup besar di kawasan ini.

Dengan berharap bisnisnya bisa dikenal dunia menjadi alasan Alda membuka Pink Elephant secara online. Tujuannya mengenalkan Pink Elephant dan melihat pasar terbesar ada di negara mana. Selanjutnya ia akan membuka toko di negara yang memiliki pasar terbesar.

“Aku berharap setelah Asean cukup mengenal produk-produk Pink Elephant, aku baru bisa menyasar negara di Asia lain bahkan mungkin Eropa hingga Amerika Serikat (AS),” tuturnya.

Pemilik                 : Aldarina Dwi Ramadhian

TTL                        : Jakarta, 02 Juli 1983

Hobi                       : mempercantik diri dari luar dan dalam

Pendidikan         : S2 IT Central Queensland University

Suami                    : Zaiti Irwan Zakaria

Website               : Pink Elephant (www.pinkyelephant.my)

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *