Screenshot 2014 09 27 00 10 19 1 2

Screenshot_2014-09-27-00-10-19-1 (2)Kejenuhan kadang bisa menimbulkan ide-ide menarik. Itulah yang dialami Jali Topan selama bekerja menjadi event organizer delapan tahun terakhir. Ia berangan-angan bisa bekerja bebas tanpa tekanan siapa pun. Solusinya, ia ingin berwirausaha.

Namun saat ingin berwirausaha, ia terbentur dengan jenis wirausaha yang akan digeluti. Apalagi ia tidak berpengalaman dalam wirausaha. Ia ingat sering mengumpulkan pernak-pernik Meksiko dan memasak sehingga menumbuhkan ide membuat usaha makanan.

Pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Moestopo ini lantas mulai belajar memasak makanan Meksiko. Ia mengaku bertemu seorang teman untuk mencari konsep usaha ini, mulai dari resep hingga harga selama dua bulan. “Rasa masakan lebih ke Californian dibandingkan Meksiko karena lebih sesuai lidah orang Indonesia,” katanya.

Ia pun nekat mendirikan usaha pada 30 Agustus lalu. Sebelum memiliki kios di Pasar Santa, Jali terlebih dahulu menjajakan produknya dengan van tua miliknya. Konsep berjualan foodtruck saat itu belum seramai sekarang dan ia menjual produknya tidak menentu. “Kalau ada event biasanya saya ikut berjualan karena dulu belum serius dengan usaha yang saya beri nama Papricano,” ujarnya.

Belum genap setahun, Jali serius menetapkan usahanya dengan membuka kios di Pasar santa. Ia memberanikan diri menjual van tua miliknya dengan ditambah modal dari istri untuk membuka usaha tetap.

Jali menghabiskan sekitar Rp 50 juta untuk membuka Papricano. Modal tersebut habis untuk membayar sewa dua kios dan membeli peralatan memasak. Namun, ia tidak pernah menyangka sebelumnya bila makanan dan minumannya akan digemari banyak pengunjung.

“Awalnya mau ajukan KTA (kredit tanpa agunan) tetapi terbentur persyaratan sehingga harus jual van dan ditambahi modal dari istri,” katanya.

Mengusung tagline “Maximum Taste Minimum Price”, Jali menawarkan harga minuman mulai Rp 5.000-15 ribu per gelas dan makanan Rp 15 ribu-30 ribu per jenis. Ia pun berburu bahan-bahan lokal berkualitas untuk makanan dan minuman ala Meksiko-nya. Untuk mendapatkan cita rasa Meksiko tidak harus dibuat dari produk-produk impor. “Untuk tortilla kita pakai produk lokal, apalagi isiannya seperti daging dan sayur-sayuran di sini sudah ada dan lengkap,” tuturnya.

Jali mengakui, usahanya dalam seminggu memberikan pendapatan cukup besar meski harus dipotong untuk gaji empat karyawannya dan membeli bahan-bahan kembali. “Saat ini pendapatan belum stabil, terlebih saat musim hujan seperti sekarang. Namun saya tetap harus bersyukur karena usaha masih lancar,” katanya.

Screenshot_2014-11-23-10-14-24-1 (2)

Mengeluh Kenaikan Sewa Kios

Berwirausaha tentu ada kendala. Jali mengkhawatirkan harga sewa kios di Pasar Santa yang kemungkinan bisa naik. Padahal pedagang di Pasar Santa lantai satu justru yang meramaikan pasar. “Sekitar tujuh tahun sebelumnya di sini sepi. Kita justru yang meramaikan,” ujarnya.

Saat ini, ia menyewa dari kios milik perorangan. Namun banyak pedagang yang menyewa dari pengembang (developer) yang justru menaikkan harga tinggi. Pedagang di Pasar Santa pun membuat asosiasi untuk menjaga harga sewa agar tidak melambung.

Nantinya, ia juga bercita-cita ingin melebarkan sayap usahanya dengan memiliki kios sendiri. Kios di Pasar Santa tidak terlalu nyaman bagi pelanggannya. Pengelola pasar tidak melengkapi pasar dengan kipas angin agar ada sirkulasi udara. Apalagi pengelola juga tidak mengurus kebersihan pasar. “Petugas kebersihan di sini kurang bisa diandalkan. Jadi kita sendiri yang bersih-bersih dan menyediakan tempat sampah,” ujarnya.

Jika sudah memiliki kios sendiri, Jali tetap ingin mengusung harga murah pada semua menunya. Ia tidak mau mengecewakan pelanggan yang sudah sering berkunjung ke kiosnya di Pasar Santa. Selain itu, Jali menilai berjualan di pasar saat ini menjadi tren yang sewaktu-waktu bisa turun dan timbul lagi. Dengan memiliki kios sendiri dapat mencegah penurunan tren dan risiko gulung tikar. “Mulai dari sekarang harus menabung untuk kelanjutan usaha,” ujarnya.

Selain itu, untuk menjaga daya saing dengan usaha sejenis, Jali membedakan rasa dengan Californian style-nya yang tidak terlalu bercita rasa asli Meksiko. Menurutnya, ini salah satu nilai jual yang membedakan rasa produknya dengan produk sejenis lainnya. “Kita juga menawarkan keunggulan harga yang cukup terjangkau dan menjaga rasa Meksiko-nya,” katanya.

 

Nama Usaha: Papricano

Pemilik : Jali Topan

Pendidikan : S1 FISIP Universitas Moestopo Angkatan 1998 Jurusan Hubungan Internasional

HP : 081514298907

Alamat : Pasar Santa Lantai Satu Jl Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

 

 

 

 

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *