Bagaimana sih cara manfaatkan gadget untuk optimalkan belajar anak, terutama Gen Z? Soalnya, anak Gen Z tuh suka banget main gadget. Mereka main sampe lupa waktu sehingga makin males buat belajar.
Jumlah Anak Gen Z di Indonesia
Contents
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 yang dilansir IndonesiaBaik, jumlah anak Generasi Z (Gen Z) atau yang lahir pada kurun waktu 1997-2012 atau yang saat ini berusia 8-23 tahun, sekitar 75,49 juta jiwa. Jumlah itu setara 27,94 persen penduduk Indonesia.
Hingga September 2020, jumlah penduduk Indonesia sekitar 270,2 juta jiwa. Jumlah itu meningkat 32,7 juta dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang saat itu mencapai 237,63 juta jiwa.
Hingga periode tersebut pula, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial. Generasi yang lahir antara tahun 1981-1996 sekitar 69,38 juta jiwa atau sebesar 25,87 persen.
Kemudian disusul Generasi X atau mereka yang lahir antara tahun 1965-1980 dengan populasi 21,88 persen. Lantas Generasi Baby Boomer mencapai 11,56 persen, Generasi Pre-Baby Boomer atau yang lahir sebelum tahun 1945 sekitar 1,87 persen. Terakhir, generasi Post-Gen Z atau yang lahir setelah tahun 2013 mencapai 10,88 persen.
Sebaran Populasi Gen Z di Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang dilansir DataIndonesia.id, jumlah Gen Z yang berusia 10-24 tahun sebesar 68,6 juta jiwa. Namun data tersebut diambil hingga 31 Desember 2021.
Dari data Kemendagri, terkuak sebaran wilayah dengan anak Gen Z terbanyak atau tertinggi. Dari jumlah tersebut, Jawa Barat mendominasi populasi Gen Z terbanyak dengan jumlah 11.886.056 jiwa.
Posisi kedua ditempati Jawa Timur dengan penduduk Gen Z sebesar 9.252.385 jiwa. Lalu Jawa Tengah dengan populasi 8.511.476 jiwa.
Sementara wilayah dengan populasi Gen Z paling sedikit yakni Papua Barat (344.920 jiwa), disusul Gorontalo (337.754 jiwa), dan Kalimantan Utara dengan 189.403 jiwa.
Kecenderungan Anak Gen Z
Berdasarkan data Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan (PSKP) Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, anak Gen Z memiliki karakter menonjol seperti mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka. Teknologi mereka gunakan sama alaminya dengan mereka bernafas.
Karakter sesuai dengan penelitian Ryan Jenkins pada tahun 2017 dalam artikelnya berjudul “Four reasons Generation Z will be the Most Different Generation”. Dalam artikelnya, dia menyatakan Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi.
Penelitian lain menyebut, Gen Z memiliki lima karakter utama yang berbeda dengan generasi lainnya. Bruce Tulgan dan RainmakerThinking Inc menulis artikel “Meet Generation Z: The Second Generation Within the Giant Millenial Cohor”. Mereka meneliti sepanjang 2003 hingga 2013.
Hasilnya, Gen Z memiliki karakter unik. Pertama, media sosial menjadi jembatan atas keterasingan karena semua orang bisa terhubung, berkomunikasi dan berinteraksi. Kedua, keterhubungan Gen Z dengan orang lain menjadi hal penting.
Ketiga, anak Gen Z cenderung susah tranfer keterampilan dengan antargenerasi. Baik komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis, dan berpikir kritis.
Keempat, anak Gen mudah terbuka dengan keberagaman dan perbedaan pandangan apapun. Namun mereka akan sulit mendefinisikan dirinya. Identitas dirinya sering berubah seiring yang memengaruhinya.
Kelima, kemudahan Gen Z menjelajah dan terkoneksi dengan banyak orang secara virtual melalui koneksi internet. Jeleknya, pengalaman mereka menjelajah secara geografis menjadi terbatas.
Tantangan Belajar Anak Gen Z
Anak Gen Z yang cenderung tech savvy dan terbiasa dengan gadget sejak dini sebenarnya dapat berdampak positif. Gadget dapat membantu mereka belajar dan mengembangkan keterampilan.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik, ketergantungan pada gadget dapat menyebabkan berbagai masalah, salah satunya kecanduan. Orang tua harus tegas kepada anak Gen Z terkait membatasi waktu penggunaan gadget pada anak.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar anak-anak berusia 2-5 tahun tidak menggunakan gadget lebih dari satu jam sehari. Sedangkan anak-anak berusia 6-18 tahun tidak menggunakan gadget lebih dari dua jam sehari.
Orang tua dapat menerapkan aturan ini dengan menetapkan jadwal penggunaan gadget, seperti hanya boleh digunakan pada waktu-waktu tertentu atau hanya boleh digunakan di kamar tertentu.
Orang tua juga dapat menggunakan aplikasi atau perangkat lunak untuk membatasi waktu penggunaan gadget pada anak.
Selain itu, orang tua harus memberikan contoh kepada anaknya, terutama dalam penggunaan gadget. Hindari menggunakan gadget di depan anak saat makan, saat berbicara dengan orang lain, atau saat sedang bekerja.
Cara Ajari Anak Gen Z Mau Belajar
Di tengah gempuran gadget yang super mumpuni mulai harga termurah hingga tertinggi, orang tua harus tetap mengajari anak Gen Z agar terus mau belajar. Buatlah suasana belajar menjadi menyenangkan di rumah.
Teacher blogger Firmansyah saat webinar Edisi Spesial Hari Guru bersama Sinotif bertema “Mendidik Gen Z dengan Pendekatan Kekinian” menjelaskan orang tua harus memberi ikatan lebih kepada anak. Orang tua harus selalu ada saat anak membutuhkan, bahkan mendampingi setiap saat. Misalnya dengan hal sepele seperti makan bersama, mencuci motor bareng, nonton televisi bareng dan sebagainya. Sehingga tidak ada celah bagi anak untuk selalu main gadget.
Orang tua juga dapat menggunakan berbagai metode belajar, seperti bermain peran, permainan, atau video (bikin konten bareng di beragam platform, baik blog, YouTube, Instagram, hingga TikTok). Jadi urusan belajar, jangan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah. Justru di rumah juga harus menjadi sekolah sebenarnya.
Selain itu, anak-anak Gen Z lebih mudah memahami sesuatu jika mereka dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, orang tua perlu membantu anak-anak untuk memahami relevansi materi pelajaran dengan kehidupan mereka.
Agar lebih termotivasi, orang tua juga perlu memberikan penghargaan kepada anak-anak atas usaha mereka belajar. Penghargaan ini dapat berupa pujian, hadiah, atau waktu berkualitas bersama orang tua.
Dan jangan lupa, anak Gen Z ini juga tetap manusia seperti lainnya. Orang tua harus menjadi pendukung yang baik bagi anak-anak mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mendengarkan keluhan anak-anak, membantu anak-anak jika mereka mengalami kesulitan, dan memberikan semangat kepada anak-anak.
Istilahnya orang tua harus berperan ganda, baik sebagai orang tua yang harus dihormati sekaligus teman yang bisa diajak curhat sampai pagi.
Menurut Firmansyah, menempatkan orang tua hanya sebagai teman saja juga berdampak tidak tidak baik. Anak akan bisa meremehkan karena hanya dianggap sebagai teman. Jadi orang tua harus pandai menempatkan diri antara menjadi orang tua sejati atau teman pribadi.
Kalau saya pribadi berusaha menempatkan menjadi seorang teman ketika ada suatu permasalahan yang perlu diceritakan. Ketika kita jadi guru (atau orang tua), mereka juga malah segan yang akhirnya mereka nggak punya tempat untuk sharing. Mungkin awalnya segan (saat kita dianggap menjadi orang tua/guru), tapi dengan pelan-pelan berusaha jadi teman, mereka bisa lebih terbuka dengan permasalahannya.
Cara Manfaatkan Gadget untuk Optimalkan Belajar Anak
Saat kedekatan orang tua dan anak, terutama Gen Z terjalin, komunikasi keduanya pun akan semakin lancar. Dampaknya, anak akan lebih menurut kepada orang tua/bahkan gurunya. Waktu anak bermain gadget pun berkurang karena orang tua sudah mengatur waktu untuk belajar dan bermain.
Gadget dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk membantu anak belajar. Dengan menggunakan gadget, anak dapat mengakses berbagai sumber informasi.
Cara manfaatkan gadget untuk optimalkan belajar anak dapat dilakukan dengan cara yang lebih interaktif sehingga akan meningkatkan keterampilan mereka.
Berikut beberapa cara manfaatkan gadget untuk optimalkan anak belajar:
Aplikasi Pembelajaran Interaktif
Gunakan aplikasi pembelajaran yang sesuai dengan usia dan minat anak.
Ada banyak aplikasi pembelajaran yang tersedia di pasaran, mulai dari aplikasi untuk belajar membaca, menulis, matematika, hingga aplikasi untuk belajar bahasa asing.
Orang tua dapat memilih aplikasi yang sesuai dengan usia dan minat anak sehingga cara manfaatkan gadget untuk optimalkan anak belajar lebih terjamin.
Untuk anak usia dini, orang tua dapat menggunakan gadget untuk memperkenalkan huruf, angka, dan warna. Untuk anak usia sekolah, orang tua dapat menggunakan gadget untuk membantu anak belajar materi pelajaran di sekolah.
Untuk anak remaja, orang tua dapat memaksimalkan cara manfaatkan gadget untuk optimalkan anak belajar keterampilan non-akademis, seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan kreativitas.
Sinotif Bantu Anak Belajar Lebih Menyenangkan
Saat anak enggan belajar di sekolah atau rumah dan lebih senang bermain dengan gadgetnya, orang tua harus mulai mengarahkan agar gadget tersebut lebih bermanfaat. Salah satunya, memakai Sinotif yang bikin anak belajar online tanpa ribet.
Dengan Sinotif, guru les akan membantu siswa secara lebih personal sesuai kebutuhan dan target belajar siswa. Sinotif menyediakan bimbingan belajar premium spesialis matematika, fisika, kimia, untuk sekolah nasional bahkan internasional.
Setiap siswa akan dibimbing tiga guru spesialis dari tiga mata pelajaran yang sering dianggap momok bagi siswa. Guru-guru yang ada di Sinotif sudah ahli dan tersertifikasi khusus, bahkan melalui pengalaman lebih dari 20 tahun.
Di Sinotif, siswa akan mendapatkan layanan personal, sehingga akan lebih cocok bagi anak Gen Z yang cenderung menyukai berkomunikasi dengan orang lain melalui koneksi internet.
Sinotif juga menyediakan layanan 24 jam nonstop untuk mengakses website e-learning. Anak dapat belajar mandiri melalui seratusinstitute.com dan tanya soal secara instan melalui aplikasi Tanya Jawab Soal. Enaknya, akses website e-learning Sinotif ini dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun.
Bagi orang tua yang sibuk dengan kerjaannya, Sinotif ini bisa menjadi andalan teman belajar anak. Orang tua tidak perlu pusing karena nilai pelajaran eksaktanya jeblok. Pun orang tua bisa fokus bisnis dan karier, meski sesekali juga harus tetap menemani sang anak untuk bermain dan memantau belajar ya.
Pilihan Belajar Live dan Interaktif di Sinotif
Di Sinotif, kegiatan belajar dan mengajar semua dilakukan secara tatap muka dan daring (online). Ada empat pilihan belajar live dan interaktif di Sinotif yaitu:
Premier Diamond yang memungkinkan layanan belajar private, eksklusif, dan ada garansi uang kembali. Ada juga Premier Platinum yang bikin cara manfaatkan gadget untuk optimalkan anak belajar sesuai kebutuhan siswa dengan penanganan lebih personal.
Yang mau belajar bersama guru spesialis serta modul lengkap dan sistematis bisa bergabung dengan Premier Gold. Untuk yang mau belajar mandiri dengan bimbingan guru dan bebas tanya pekerjaan rumah (PR) kapan pun, bisa bergabung dengan Premier Silver.
Yang menarik, ada voucher khusus nih bagi kalian orang tua yang punya anak Gen Z. Voucher spesial ini GRATIS berupa belajar satu kali bersama Sinotif, untuk pelajar SD, SMP, dan SMA.
Anak bisa review materi, persiapan tes/ujian, hingga membahas PR. Kapan lagi bisa dapat guru seperti teman yang bisa diajak ngobrol one on one kayak gini, kalo nggak di Sinotif.
Yuk bagi orang tua yang lagi bingung dengan anaknya yang kecanduan gadget, coba ajak ngobrol bareng dan simak cara manfaatkan gadget untuk optimalkan anak belajar dengan Sinotif.
Betul jaman sekarang orang tua itu harus bisa jadi teladan sekaligus teman untuk buah hati. Memang sih mendidik mereka menyesuaikan dengan kondisi jaman akan lebih nyaman. Secara jaman orang tua sekolah dengan jaman sekarang itu jelas jauh beda. Sekarang jamannya gadget, orang tua harus bisa mengikuti perkembangan jamannya itu ya
pegang gadget bukan sembarang pegang, tapi pegang buat belajar bersama Sinotif biar anak bisa belajar dengan optimal dan berprestasi, ya, Mas
Iya sih. Aku sepakat soal anak gen Z nggak suka dikasih penjelasan yang panjang lebar. Mending emang dicontohkan. Kita mau mereka gimana. Ya contohin aja dulu.
kalau diaarahan denga tepat bisa jadi sangat berguna si gadget. emang perlu dipantau dan diarahkan oleh orang tua supaya tepat dan bisa digunakan sebagai media belajar yang baik
Tech Savvy ini nih yang jadinya kudu dimanfaatkan secara tepat biar anak Gen Z bukan menjadikan gadget sebagai media hiburan aja tetapi untuk belajar, meningkatkan peluang bisnis dan menambah wawasan
Nah ini baru beneran manfaat gadget untuk anak ya. Bisa belajar lewat gadget. Waktunya juga fleksibel
Dengan memahami karakter gen Z dari mulai kebiasaan, cara berkomunikasi, do and don’ts serta karakter mereka, kita sebagai orangtua dan tenaga pendidik bisa memberikan yang mereka butuhkan. Pedekatan ini juga bermanfaat banget untuk bisa memberikan fasilitas dan semangat belajar mereka.
Kalo aku sendiri, lebih kaya ngomong ke diri sendiri yaa..
Aku sukanya diginiin, jadi aku bakalan begitu juga ke anak-anakku.
saat ini gadget memang sudah menjadi kebutuhan ya kak, bukan cuma sekedar alat komunikasi dan hiburan. Lewat gadget hampir semua aktivitas bisa diakses lewat perangkat gadget. Apalagi untuk generasi Z bisa dikategorikan natif untuk sang gadgetnya ini. HAdirnya sinotif bisa jadi alternaif kegiatan positif yang bisa dilakukan lewat gadget
anak-anak zaman now memang lebih familiar sama gadget jadi memang kita sebagai ortu jg harus open minded bahwa mereka bs belajar dengan memanfaatkan teknologi digital tersebut, apalagi skrg byk pilihan bimbel yang interaktif secara online
anak saya nih suka banget main gagdet, salah satu hal positifnya adalah dia jadi lebih fasih belajar bahasa Inggris, apalagi sekarang juga sejak pandemi tuh gadget bs digunakan kok sebagai media pembelajaran yg sama efektifnya dgn sesi tatap muka
kehadiran gadget dan kemajuan teknologi sebenarnya banyak manfaatnya, apalagi untuk pembelajaran. akan tetapi, masih banyak orang tua yang asal membelikan saja tapi mengajari bagaimana memanfaatkannya. padahal belajar juga bisa kan dari sosmed, terus bimbel online kayak sinotif.
Aku pribadi adalah orang tua yang masih pro ngasih gadget ke anak. Dan memang belum ideal seperti yang tertulis di APP.
Selama ini kami d rumah bikin kesepaktan untuk penggunaan gadget untuk anak2 serta apa yang boleh dan tidak boleh ditonton.
Wah menarik jika ada bimbel yg bisa interaktif ya
Mendidik gen Z cukup besar tantangannya ya karena mereka lekat dengan gadget yang satu sisi memang memberikan banyak manfaat namun di sisi lain juga memberi dampak negatif jika tidak dibatasi maupu diawasi. Karena itu seperti yg sudah dijelaskan di atas, peran orang tua memang sangat penting di sini.
karena gap perbedaan jaman yang cukup besar/jauh, cara mendidik dan membersamai anak generasi z namapkanya lebih sulit jika dibandingkan orangtua kita dulu yang merupakan generasi Y mungkin. Tantangan terbesarnya adalah pengaruh digitalisasi teknologi yang berdampak terhadap tumbuh kembang anak. meski demikian, pada akhirnya mau tidak mau orang tua generasi baby boomer atau generasi milenial harus adaptasi dengan style parenting generasi Z. memanfaatkan teknologi untuk belajar misalnya dengan diringi aktivitas fisik bersama anak.
bener banget, kita harus bisa memaksimalkan gadget sebagai media belajar. jangan sampai kecolongan, anak malah keasikan main gadget tapi ga belajar. pernah tau tentang sinotif, ada juga di tangsel ini.
Ebuset jumlah gen Z usia 8-23 tahun di Indonesia mencapai 32,7 juta jiwa ya? Banyak banget ish ternyata, dan paling banyak adanya di Jawa Barat. Bener sih kak, setuju, emang perlu banget peran orang tua dalam mengontrol gen Z saat menggunakan gadget supaya enggak kecanduan dan emang dipakenya buat belajar aja
Gen Z ini agak moody ya :’D tapi emang sih, Gen Z ini lahir di zaman di mana teknologi informasi lagi berkembang-berkembangnya, jadi positifnya gampang menerima informasi. tapi saking cepatnya informasi yang diterima juga negatifnya informasi itu juga terlalu cepat diolah
sinotif menjadi andalan semua orang tua untuk kebaikan si buah hati :D