twitface1

twitface1Facebook boleh berbangga dengan jumlah pengguna mencapai 1 miliar orang lebih. Namun kini Facebook mulai ditinggalkan penggunanya, terutama dari kalangan remaja.

Berdasarkan laporan Global Web Index, remaja mulai meninggalkan situs jejaring sosial yang lebih besar karena ingin lebih privasi dalam berteman. Hal itu ditunjukkan dari persentase pengguna Facebook, terutama dari remaja yang mengalami penurunan 9 persen selama 2013.

Pengguna YouTube juga menurun 7 persen di periode yang sama. Namun pengguna Twitter dari kalangan yang sama hanya turun 3 persen. Riset Global Web Index telah mensurvei lebih dari 40 ribu pengguna internet di seluruh dunia.

Twitter juga merupakan situs jejaring sosial yang disukai 27 persen remaja, dibanding 23 persen yang menyukai Facebook. Survei itu dilakukan Piper Jaffray pada 7.500 remaja di Amerika Serikat.

“Twitter masih memiliki faktor yang layak diperhitungkan,” kata profesor antropologi di Universitas College London, Daniel Miller seperti dikutip MarketWatch.

Karakter Pengguna

Miller saat ini sedang meneliti perilaku siswa yang dilihat dari penggunaan situs jejaring sosialnya. Ia menyimpulkan remaja yang sering menggunakan Facebook hanya memakai untuk mengirimkan undangan pesta dan berkomunikasi dengan keluarga mereka.

Namun pengguna Twitter lebih suka berinteraksi dengan teman atau siapa pun yang selingkaran dengan lingkungannya. “Ini tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda dan saya tahu tentang Twitter,” katanya.

Ia menilai pengguna Twitter lebih suka mengirim pesan instan, mengirim gambar dan mengamati perilaku selebritis kesukaannya. Twitter menyediakan akun khusus bagi selebritis dan memverifikasi bila selebritis itu adalah asli, meski yang menggunakan akun tersebut adalah tim dari selebriti itu.

“Banyak anak-anak terpesona dengan selebriti dan ketenaran. Twitter juga memfasilitasi agar orang bisa tenar di publik, meski hanya lewat jejaring sosial,” kata peneliti senior di Children Media Center di Universitas California, Los Angeles, Yalda T Uhls.

Uhls juga memegang jabatan Regional Director di Common Sense Media, sebuah lembaga nirlaba yang membantu anak dan keluarga dalam menggunakan perangkat elektronik untuk mencapai tujuan tertentu.

“Mereka merasa seperti memiliki akses ke selebriti idolanya melalui Twitter. Mereka bisa berkicau (tweet) ke Beyonce dan mendapat balasan darinya, meski banyak yang tidak memahami bila kicauan balasan itu berasal dari tim Beyonce,” kata Uhls.

Kepala Global Web Index, Jason Mander setuju atas pernyataan tersebut. “Twitter memang belum selama Facebook. Otomatis pengguna aktif Twitter juga relatif lebih muda. Namun fitur-fitur yang ada di dalamnya lebih relevan bagi anak muda,” kata Mander.

Dampak Negatif

Selain menguntungkan, Twitter juga bisa merugikan penggunanya. Awal bulan ini, pengguna Twitter dikejutkan oleh gadis Belanda berusia 14 tahun. Gadis ini mengirim pesan singkat ke American Airlines yang berisi ancaman dari Al Qaeda.

Sontak American Airlines langsung berkicau di akun Twitternya. Pihak maskapai menanggapi serius ancaman tersebut. Atas perbuatannya, gadis itu ditangkap di rumahnya di Rotterdam, meski akhirnya dibebaskan. Akun Twitter milik gadis itu juga dihapus demi keamanan bersama. “Ini memberikan pelajaran bagi orang tua untuk mengawasi anak-anaknya,” kata Uhls.

Target Potensial

Kaum muda sangat potensial dibidik untuk situs jejaring sosial. Ketika sebuah situs jejaring mampu menggaet anak muda sebagai penggunanya, peluang untuk membesarkan bisnis tersebut terbuka lebar.

Orang muda yang lebih aktif di Twitter memiliki kecenderungan suka berbagi tautan berita. Hampir setengah (45 persen) dari masyarakat berusia 18-29 tahun suka memberi tautan berita.

Survei Pew Research Center melaporkan sifat orang muda dalam memberi tautan berita di Twitter bisa dua kali lipat dibanding pengguna Facebook. Datanya, hanya sekitar 34 persen pengguna Facebook yang mau memberi tautan berita ke sesama temannya.

“Ini karena remaja dan orang-orang muda cenderung memakai ponsel terus menerus. Mereka juga lebih sering berselancar di internet melalui perangkat mobile-nya,” kata analis Piper Jaffray.

Ia menilai kondisi itu bisa membantu Twitter dalam mengembangkan bisnisnya. Twitter bisa memperoleh sekitar 75 persen pendapatan dari iklan di ponsel. Sedangkan pendapatan iklan di Facebook menurun 59 persen (meski kondisi itu bisa naik lagi secara cepat).

Ia menganggap kondisi iklan di Facebook berkembang cepat karena situs besutan Mark Zuckerberg itu telah berusia sedekade. Jumlah pengguna juga lebih banyak, mencapai 1 miliar pengguna dibanding pengguna Twitter yang hanya 240 juta pengguna.

Hadapi Persaingan

Twitter dan Facebook kini juga sama-sama terancam oleh situs jejaring lain, yang meniru konsep keduanya. Global Web Index menyebut aplikasi pesan instan juga menjamur seperti Snapchat yang jumlah penggunanya mengalami kenaikan 60 persen atau Kik Messenger dengan kenaikan 59 persen.

Itulah sebabnya Facebook rela menghabiskan dana US$ 19 miliar membeli aplikasi WhatsApp yang memiliki 500 juta pengguna. Facebook juga mengakuisisi situs berbagi foto Instagram, meski hanya 12 persen remaja yang menyukai aplikasi itu.

“Akan selalu ada platform baru untuk bersaing di situs jejaring sosial dan itu akan mempengaruhi perilaku penggunanya,” kata Kepala Global Web Index, Jason Mander.

 

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *