Lembaga pemeringkat utang Moody’s memangkas peringkat utang Toshiba menjadi Ba2, peringkat sampah tertinggi kedua dari Baa3. Pemangkasan serupa juga dilakukan Standard & Poor’s menjadi sub-investment grade (dari BBB- menjadi BB+).
“Kami berharap tingkat utang Toshiba akan lebih bagus dalam jangka waktu lama mengingat biaya restrukturisasi akan melebihi perkiraan kami sebelumnya. Harapan kami ada peningkatan laba. Jika ada untuk setiap segmen usaha, khususnya setelah restrukturisasi,” kata analis senior Moody’s Masako Kuwahara.
Penurunan peringkat seiring pelemahan bisnis Toshiba, khususnya untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2016. Laba dan arus kas secara signifikan di bawah ekspektasi Moody’s sebelumnya.
Toshiba memerkirakan rekor kerugian tertinggi menjadi 550 miliar yen (US$ 4,5 miliar) seiring skandal manipulasi standar akuntansi dan rencana pemangkasan pekerja, termasuk rencana pengubahan fokus usaha dari gaya hidup seperti televisi, komputer, dan peralatan rumah menjadi bisnis energi nuklir dan chip.
Di sisi lain, regulator keuangan Jepang akan mendenda perusahaan afiliasi Ernst & Young sebesar 2,1 miliar yen (US$ 17,4 juta) setelah lembaga tersebut gagal melihat penyimpangan standar akuntansi di Toshiba.
Badan Jasa Keuangan (FSA) juga akan menangguhkan Ernst & Young ShinNihon LLC mengambil kontrak bisnis baru selama tiga bulan. Restrukturisasi Toshiba dinilai gagal karena perusahaan melebih-lebihkan keuntungan padahal sebenarnya merugi.
FSA mendenda setara dengan dua tahun biaya audit ShinNihon yang diterima dari Toshiba. “Ada pelanggaran berat di sini. Akuntan yang bertugas di Toshiba selama bertahun-tahun dan mereka telah membangun rasa bersalah bahwa Toshiba tidak melakukan seperti itu,” kata pejabat yang enggan disebut namanya.
ShinNihon menjadi perusahaan akuntansi terbesar di Jepang dengan sekitar 3.500 akuntan bersertifikat. Jumlah kliennya melebihi 4.000 klien.
Ketua dan CEO ShinNihon Koichi Hanabusa mengatakan akan bertanggung jawab atas kasus tersebut dan siap mundur akhir Januari. “Kami menyesal (atas pelanggaran tersebut),” katanya.
Sumber: Bloomberg