Nasib Petani di Tengah Ancaman Kekeringan

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyatakan, akhir Mei 2023 telah memasuki musim kemarau. Petani menjadi pihak paling terdampak akibat perubahan musim tersebut. Lantas bagaimana nasib petani di tengah ancaman kekeringan yang diprediksi berkepanjangan ini?

Potensi Gagal Panen

Para ilmuwan terus memperingatkan dampak dari kekeringan berkepanjangan dan pergeseran musim tanam yang akan disebabkan oleh El Nino. Saat ini kondisi cuaca yang dipengaruhi oleh krisis iklim telah menunjukkan penurunan produksi beras. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, penurunan angka produksi beras dalam negeri sebesar 28% seperti yang terjadi di Jakarta. Hal ini terlepas dari data total produksi beras dalam negeri pada tahun 2022 mencapai 54,75 juta ton gabah kering giling. 

Kelangkaan beras yang disebabkan oleh gagal panen juga berpotensi menimbulkan efek domino yang akan memicu kenaikan harga secara keseluruhan.

Nasib petani di tengah ancaman kekeringan

Aku saat ini juga sedang menanam beberapa sayuran seperti gambas dan pare. Kedua jenis tanaman sayuran ini mampu tumbuh tapi tidak lebat seperti saat musim penghujan. Satu tanaman bahkan hanya memiliki 1-2 buah gambas/pare. Tidak seperti biasanya yang mampu berbuah hingga 5 buah.

Begitu juga kacang panjang. Meski wabah daun kekuningan mulai berkurang, tapi tanaman juga tidak menghasilkan buah selebat dulu. Ditambah lagi harga panen kacang panjang di pasar lumayan anjlok. Apalagi menjelang Ramadan lalu. Aku hanya panen dengan harga rata-rata Rp 1.000 per kg. Dengan harga itu, ongkos operasional saja sudah tidak mencukupi. Apalagi balik modal.

Upaya Perlindungan Petani

Melihat implikasi yang ada, maka perlindungan terhadap sektor pertanian, terutama bagi para petani yang mengalami kerugian akibat gagal panen menjadi hal yang penting.

Saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa upaya pencegahan gagal panen akibat bencana alam, seperti pemanfaatan teknologi tanam, perbaikan rantai pasok, penetapan harga gabah, pembukaan lahan baru untuk bercocok tanam, serta penyediaan asuransi.  

Program Asuransi Pertanian (AUTP) yang telah hadir dari 2015 adalah skema pendanaan alternatif. Sehingga para petani dapat membiayai kembali usahanya pada musim berikutnya jika terjadi gagal panen.

Kementerian Pertanian RI berdasarkan UU No 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani telah menunjuk PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) untuk mengoperasikan program ini. Melalui program ini, petani cukup membayar premi sebesar Rp 36.000 per hektare untuk satu musim tanam dengan pertanggunan maksimal senilai Rp 6.000.000 per hektare.

Kekeringan mengancam sawah petani

Meski dapat membantu para petani untuk berfokus pada pengelolaan usaha tani yang lebih baik, aman, serta menguntungkan, masih banyak petani yang enggan mengikuti program tersebut. Data menunjukkan bahwa jumlah peserta program AUTP terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sekitar 572.982 peserta pada tahun 2022, turun dari angka 619.700 peserta pada tahun 2021. Padahal pada tahun 2020 pernah mencapai 1,36 juta peserta. 

Petani Enggan Membayar Premi Asuransi

Adapun penurunan tersebut disebabkan keengganan para petani untuk membayar premi, terutama pemilik lahan dengan tingkat risiko gagal panen yang rendah. Di sisi lain, walaupun jumlah pemilik lahan dengan risiko tinggi mencapai 80% dari total peserta, mereka pun enggan melanjutkan program tersebut, karena dinilai tidak merasakan manfaat dari asuransi.

Pada sebuah kasus, klaim klaim petani di Jawa Barat akibat petugas terlambat menindaklanjuti pelaporan selama dua minggu pasca lahan dilanda banjir. Ketika petugas sampai, lahan yang seharusnya bisa diklaim tidak lagi direndam banjir, menyebabkan klaim tidak dapat dilakukan.

Baca juga:

  1. Cara Agar Tidak Capek Bermain Game
  2. Peluang Bisnis Online Tanpa Modal
  3. Jadi Petani Kopi, Ungtungkah?
  4. Nasib Petani Kurang Diperhatikan
  5. Petani Indonesia Belum Sejahtera

Selain itu masih banyak petani yang belum memahami urgensi asuransi bagi keberlangsungan panen mereka. Oleh karenanya, edukasi akan dampak perubahan iklim terhadap lahan pertanian dan bagaimana asuransi dapat memberikan perlindungan bagi para petani sangat diperlukan.

Kondisi ini diperparah dengan berbagai kasus kesulitan proses administratif seperti pengajuan klaim. Terlebih, kondisi geografis Indonesia juga memberikan tantangan tersendiri dalam melakukan program sosialisasi secara masif.

Perlu Kolaborasi Teknologi

Di sinilah kolaborasi dan teknologi menjadi penting. Dengan kolaborasi antara, misalnya, para pemerintah dan perusahaan Insurtech, ada dua permasalahan yang mungkin dapat dipecahkan, yang pertama meningkatkan proses sosialisasi melalui agen yang kompeten dan didukung dengan teknologi, sehingga memungkinkan para petani untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Lebih lanjut, peran teknologi tidak hanya dapat membantu dalam proses sosialisasi, tetapi juga dalam mengembangkan produk asuransi yang lebih sesuai dengan kebutuhan para petani di lapangan.

Salah satu produk asuransi yang dapat memenuhi kebutuhan para petani Indonesia adalah Asuransi Indeks Cuaca (Weather Index Insurance) milik Igloo. Produk asuransi berbasis blockchain yang mengotomatisasi klaim asuransi petani padi ini telah diluncurkan di Vietnam dan segera di negara-negara lain di Asia Tenggara lainnya.

Asuransi indeks cuaca igloo

Teknologi yang ada dalam produk ini membantu otomatisasi proses klaim peserta asuransi melalui penggunaan smart contract, dengan harga premi yang terjangkau.

Bekerjasama dengan Badan Meteorologi Vietnam (Vietnam Meteorological and Hydrological Administration), Igloo juga mengumpulkan dan memantau data curah hujan, sehingga produk asuransi ini dapat membayar klaim berdasarkan nilai yang telah ditentukan untuk kerugian akibat peristiwa alam yang sudah diprediksi sebelumnya. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi di Jawa Barat dapat dihindari dan klaim dapat didistribusikan secara proporsional kepada para petani.

Selain itu, proses klaim yang diajukan secara individu juga menjadi lebih mudah karena proses verifikasi tidak diperlukan, sehingga biaya transaksi menjadi berkurang dan pembayaran klaim juga dapat diterima dengan lebih cepat. Lebih dalam, teknologi blockchain  memungkinkan sistem bisnis yang memudahkan pengaturan pembayaran sehingga keseluruhan proses menjadi transparan, konsisten dan netral. 

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson melihat potensi risiko di masa depan dan pentingnya pemenuhan pangan di Indonesia, pihaknha yakin bahwa semua pihak, seperti pemerintah, pelaku industri, dan para petani padi perlu bahu-membahu dalam menghadapi ancaman gagal panen.

“Kolaborasi ini akan menciptakan keterbukaan terhadap setiap solusi yang ditawarkan oleh masing-masing pemangku kepentingan. Dengan begitu, ketahanan pangan di Indonesia dapat terjaga dengan baik,” ujarnya.

29 pemikiran pada “Nasib Petani di Tengah Ancaman Kekeringan”

  1. Musim kemarau juga diprediksi lebih panjang dari tahun kemarin. Pastinya menjadi permasalah sendiri bagi petani, DNA harus ditemukan solusinya. Menggunakan teknologi sudah harus dipikirkan, tapi tetap harus memperhatikan dampaknya.

  2. Baru tahu ada Asuransi Indeks Cuaca (Weather Index Insurance) buat petani. Ini sungguh membantu untuk petani di Indonesia yang harus menghadapi 2 musim yang terkadang tak menentu. Ini bisa jadi solusi untuk mengatasi gagal panen

  3. Wah, betul. Bulan Mei ini sudah masuk ke musim kemarau. Hujan sudah tidak pernah turun. Semoga kemaraunya tidak parah jadi petani masih bisa panen banyak

  4. Keren nih inovasinya. Semoga para petani juga dapat memahami sosialisasi dari teknologi yang dapat menjadikan petani lebih makmur lagi dan cita-cita jangka panjang Indonesia menuju ketahanan pangan dapat tercapai dan terjaga

  5. Baru tau nih ada asuransi yang dikhususkan untuk para petani alias pemilik lahan pertanian nih. Sayang sekali kalau saat dibutuhkan ketika terjadi bencana yang membutuhkan proses klaim, eh … penanganannya malah lama. Memanfaatkan teknologi pada akhirnya memang perlu makin disosialisasikan.

  6. Ya Allaah iya ini kerasa banget kak, apalagi di daerah sekitarku sini banyak bangett petani jeruk. Karena cuaca yang ekstrem dan ngga menentu jadilah gagal panen selama setahun belakangan ini. Hasilnya juga jelek ngga kayak jeruk2 kemarin kata tetanggaku. Ikut sedih.
    Mesti cobain aplikasi ini sihh biar ntar panennya berhasil

  7. duh gak cuma petani loh ya dag dig dug menyikapi prediksi kekeringan yg akan melanda negara kita krn fenomena el nino, apalagi petani ya yg hasil taninya pasti jg dinanti2 byk org

  8. semoga kolaborasi teknologi ini membawa dampak baik bagi nasib petani di tengah ancaman kekeringan ini ya Mas, biar bagaimana pun kita masyarakat juga akan kena imbasnya jika kekeringan terus berlaut.

  9. Kayanya banyak petani yang masih kurang edukasi pentingnya asuransi buat petani ya. Padahal penting banget guna memenuhi kebutuhan meeka sendiri di tengah ancaman kekeringan. Kolaborasi dengan Igloo sangat membantu sekali apalagi melihat potensi risiko di masa depan.

  10. Masalah petani itu emng bnyk bnget ya kak. Belum soal pengairan eh bisa ada lagi muncul msalah hma belum lagi isu perubahan iklim. Adahal masyarakat kita salh satu penopang perekonomian ya soal pertanian

  11. makasih sharingnya, ini informasi menarik dan penting utk para petani kita harus disosialisasikan terus bahwa ada asuransi yg bisa melindungi mereka ketika terjadi bencna atau hal lainnya yg merugikan hasil tani

  12. Sepertinya langkah yang baik juga ya bila petani ikut berasuransi, karena risiko gagal panen, dan cuaca yang mudah berubah ini jadi bisa lebih diantisipasi. Jadi gak sampai habis modal gitu ya kak?

  13. aku baru tau loh kalau ternyata ada juga asuransi pertanian, memang jarang banget terdengar yaa. Risiko lamanya waktu inspeksi sampai akhirnya gagal klaim ya jadi PR Besar buat jenis asuransi ini ya, apalagi lokasi surveyor Dan petani jauh.

  14. Lah nyesek banget klaim asuransi batal, karena lahan gagal panen akibat banjir, pas didatengin TKP, banjir udah surut. Gimana yah pelaporan yg bisa diterima semua pihak? Di-videoin trus upload link-nya ke asuransi gitu.
    Nah kaan…keren tuh Igloo. Kan udah zamannya digital…

  15. Alhamdulillah sekarang ada jalan untuk lebih memudahkan para petani dalam mengurus klaim dan pembayaran. Saat ini petani juga perlu peningkatan demi mensejajarkan diri dalam hal teknologi

  16. Baru tau ada igloo, wahh sangat membantu sekali bagi petani memang sedih melihat cuaca yg tidak menentu saat ini. Petani gagal panen juga kasian banget semoga kedepannya ada teknologi yang canggih lagi supaya petani di Indonesia hasilnya berlimpah.

  17. Petani itu kian hari nasibnya tak menentu. Dari sektor alam serangan hama, kondisi cuaca, dan lainnya.

    Ditambah lagi pupuk juga harganya melambung tinggi. Haa, ngerasain banget, sebagai anak petani tuh kudu hemat sana sini.

  18. Aku baru tahu loh kalau ternyata ada2 asuransi pertanian. Kirain asuransi hny buat2 manusia aja dan harta benda mati. Ternyata ada buat tanaman. Menarik nih sebenarnya buat para petani untuk menghindari kerugian akibat bencana alam.

  19. Kasihan petani kita
    Butuh penanganan serius
    Soalnya tanpa petani dan hasil pertaniannya justru akan jadi bahaya krisis pangan juga

  20. Oh jadi ini semacam asuransi kalau petani gagal panen ya kak? Asuransinya juga terintegrasi dengan prakiraan cuaca yang lebih akurat. Bisa jadi inovasi untuk petani dan perubahan iklim yang saat ini lagi santer banget

  21. Disini masih musim peralihan, hujan udah ga ada tapi cuacabya dingin banget. Wah baru tahu ada asuransi untuk petani..

  22. Sangat membantu banget nih asuransi untuk petani. Karena, setiap musim kemarau lebih banyak gagal panen yang dialami. Bahkan banyak lahan sawah yang kekeringan.

  23. jaman sekarang perlu banget sih adanya kolaborasi mau di bidang apa pun itu, termasuk pertanian ini. biar petani pun bisa dapetin akselerasi dari segi pendapatan maupun kualitas

  24. Saat ini peran asuransi sangatlah besar untuk kemudahan sekaligus jaminan di masa yang akan datang. Rasanya menyenangkan dengan adanya kolaborasi ini. Membuat posisi petani untuk terus memajukan usahanya tetap membara.

Tinggalkan komentar