Bos Microsoft Satya Nadella

nadella-205Microsoft Corp mencatatkan pendapatan hingga kuartal III-2014 naik 25 persen menjadi US$ 23,2 miliar (Rp 278,4 triliun). Padahal analis hanya memerkirakan pendapatan menjadi US$ 22 miliar.

CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan, kenaikan pendapatan didongkrak penjualan perangkat ponsel Nokia Lumia dan bisnis layanan awan (cloud) Azure. Di sisi lain, kedua bisnisnya tersebut mampu mengompensasi penurunan penjualan komputer pribadi (PC).

Kenaikan pendapatan ini menunjukkan kepemimpinan Nadella sejak Februari tahun lalu mulai tampak, terutama menghidupkan perusahaan kembali.

Analis FBR Capital Markets & Co Daniel Ives mengatakan, Microsoft diminta fokus layanan web dan perangkat mobile. Sejak dipimpin Nadella, Microsoft telah memangkas karyawan sekitar 18 ribu orang, jumlah PHK terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

“Kuartal ini menjadi langkah tepat bagi Microsoft. Layanan awan menjadi mesin bisnis baru bagi Microsoft sambil menunggu pertumbuhan bisnis perangkat mobile Nokia Lumia,” katanya.

Ia menilai, akuisisi Microsoft terhadap Nokia dinilai tepat karena mampu mendongkrak kinerja bisnis perusahaan, apalagi di tengah kelesuan penjualan PC. Namun penjualan tablet Surface yang sudah diperkenalkan sejak dua tahun lalu justru kurang memuaskan meski masih naik menjadi US$ 908 juta.

Kenaikan pendapatan mendongkrak saham perusahaan naik 2,5 persen menjadi US$ 46,13 pada penutupan di bursa New York, Jumat (24/10). Tahun ini saham Microsoft naik 23 persen.

Setelah dikurangi biaya pesangon PHK, laba Microsoft US$ 4,54 miliar atau 54 sen per saham. Nadella mengeluarkan ongkos besar setelah rampung mengakuisisi divisi perangkat mobile Nokia sekitar 5,44 miliar euro (US$ 7,33 miliar). Kini Microsoft sedang fokus merampingkan operasional di divisi lain.

Laba pada periode yang sama tanpa biaya restrukturisasi karyawan sekitar US$ 65 sen per saham. Padahal proyeksi perusahaan sekitar US$ 55 sen per saham. Microsoft merumahkan sekitar 2.100 pekerja pada September dan 13 ribu pekerja pada Juli lalu. “Microsoft mengeluarkan biaya banyak di tengah transisi dan berurusan dengan perusahaan besar dalam teknologi dan model bisnis,” kata analis Forrester Research Inc Frank Gillet.

Di segmen perangkat bergerak, Direktur Keuangan Microsoft Amy Hood mencatatkan penjualan unit Nokia sebesar US$ 2,61 miliar dibanding estimasi analis sekitar US$ 2,1 miliar dan estimasi Microsoft sekitar US$ 2,2 miliar. “Kami memiliki pekerjaan yang dilakukan pada divisi ponsel. Namun kami melihat pertumbuhan pangsa pasar utama di Lumia. Kita tahu ini jalan panjang,” katanya.

Microsoft mulai bulan ini juga akan menghentikan pemakaian nama Nokia pada divisi perangkat ponsel dan hanya memakai nama Microsoft Lumia. Nama Lumia hanya bisa dipakai untuk ponsel menengah ke bawah. Merek Microsoft Lumia hanya akan dipakai untuk ponsel dengan sistem operasi Windows dan cenderung ke segmen menengah atas.

Di segmen PC, penjualan Microsoft dari bisnis sistem operasi Windows di seluruh dunia turun 1,7 persen. Namun penurunan itu dianggap lebih kecil dari prediksi lembaga survei IDC sekitar 4,1 persen. Microsoft masih optimistis penjualan PC ke depan masih akan membaik. “Permintaan PC dari konsumen negara maju masih akan meningkat, terutama menjelang musim liburan akhir tahun,” kata Hood.

Ia menilai, tingkat persediaan PC di vendor PC masih cukup baik sehingga optimistis penjualannya akan meningkat di masa depan, di tengah persaingan bisnis ponsel atau tablet. Microsoft mendapatkan pendapatan yang diterima di muka dari penjualan PC tahunan sekitar US$ 22,5 miliar, dibanding proyeksi analis sekitar US$ 22,6 miliar.

Dari layanan awan dan aplikasi Office 365, Microsoft mendapatkan pendapatan naik 50 persen menjadi US$ 2,41 miliar, dibanding prediksi analis sekitar US$ 2,30 miliar. Dari jumlah itu, penjualan untuk layanan awan naik 128 persen.

Analis Bernstein & Co Mark Moerdler mengatakan, Microsoft beruntung memiliki layanan awan yang bagus. Padahal vendor PC masih kewalahan menjual PC karena harus bersaing dengan penjualan ponsel dan tablet.

Sumber: Bloomberg

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *