Beda dengan Kudos Bar yang banyak dihuni oleh kaum Gay, Q Bar lebih banyak didatangi atau menjadi tempat mangkal kaum waria.

Kegiatan di bar yang berhadapan dengan Kudos Bar di jalan Abimanyu Seminyak ini lebih banyak fashion show, lipsing (karaoke dengan suara asli penyanyi) sekaligus menjadi tempat transaksi bagi kaum lelaki dengan sifat dominant wanita tersebut.

Di lantai dua Q Bar, pemandangan langsung menghadap ke Kudos. Tempat ini juga menjadi tempat transaksi bahkan sebagai ajang mesra-mesraan bagi pasangan. Di toilet dekat wastafel juga tersedia kondom gratis.

Setelah pukul empat pagi, biasanya kaum waria ini langsung mencari mangsa di sekitar Abimanyu, Poppies II Legian bahkan di sekitar kawasan Ground Zero bersama kaum gay lainnya. Kaum clubbers tersebut juga mendatangi Apache, Maccaroni Café, dan Pantai Double Six (La Vida Loca dan De Javu).  Untuk menarik pelanggan, kaum waria ini akan melambaikan tangan dengan nakal atau hanya sekadar merayu.

Jalan masuk ke arah Pantai Double Six pada pukul empat pagi, Selasa (1/1) dipenuhi mobil pribadi dan taksi. Kesulitan untuk memasuki kawasan tersebut, saya langsung diajak ke Salon Kudos di jalan Legian yang masih berdekatan dengan jalan Abimanyu. Salon yang masih satu kepemilikan dengan Kudos Bar dan Q Bar tersebut dikelola oleh para waria. Rata-rata pengunjung adalah waria, ibu-ibu dan kaum gay.

Saya lantas diajak oleh Inank (gay) untuk diajak ke kawasan Ground Zero. Di tempat ini Inank ingin kopi darat dengan teman ngobrol di internet. “Untuk mencari teman chat gay, aku biasa ngobrol di MiRC room gim atau gay,”saran Inank.

Begitu pula dengan situs manjam.com, gayromeo.com atau faceparty.com. Tempat tersebut biasa digunakan untuk transaksi atau sekadar ngobrol dengan gay luar negeri.

Untuk melakukan penawaran kencan, kaum gay juga memiliki trik khusus untuk menjerat pelanggan. Biasanya mereka menawarkan untuk pijat. Jika pelanggan puas, pijat tersebut akan berlanjut ke hubungan seksual.

Sms pun diterima oleh Inank dan mengajak teman kencannya ini untuk ketemuan di MyRoom Café, 100 meter arah Selatan dari Ground Zero. Setelah beberapa saat, Irfan (23, teman kencan Inank yang menjadi pelayan di MyRoom café) pun turun dan menyapa. Setelah terjadi percakapan singkat, kami pun masuk. “Di dalam ada Baim Wong. Mas Raffi Ahmad tadi juga ke sini, tapi sekarang sudah pulang. Nanti kalau mau wawancara, silahkan saja,”terangnya.

Seorang satpam bertubuh tinggi besar menjaga pintu masuk. Irfan pun berbisik dengan satpam tersebut dan membiarkan kami untuk memasuki café. Kabarnya, café ini baru dibangun empat bulan. Baim Wong dan Raffi Ahmad adalah pemiliknya. “Setelah merampungkan sinetron Soleha bulan ini, mereka berdua bersama pasangannya langsung terbang ke Bali untuk membuka café ini,”ujar Irfan.

Nuansa dinding minimalis dengan batuan sungai warna putih mendominasi lantai café. Di lantai dua, kursi-kursi panjang dengan meja tertata rapi. Tak ada seorang pun di sini. Namun musik disco menggema, kedengarannya di lantai atas. Di lantai tiga, sudah ramai dengan orang dugem. Bahkan ada yang menari di atas meja bar sambil memutar botol minuman. SINDO langsung diajak bertemu dengan Baim Wong. Karena kondisi sangat berisik dan tidak memungkinkan untuk wawancara, saya hanya memotret keriuahan pesta tahun baru tersebut.

Di lantai tiga ini, pengunjung bisa leluasa memandang sekitar café karena dinding dibuat transparan. Di sisi kanan, pemandangan Ground Zero dan Sky Garden café terlihat jelas. Di sisi kiri, terlihat kawasan Legian dan Jimbaran dengan taburan lampu warna-warni. Terkadang masih terlihat kembang api yang meluncur ke langit.

Waktu sudah mendekati pukul lima pagi. Di kursi sekeliling bar sudah terlihat remaja yang terkapar, entah tidur atau mabuk. Kadang ada juga pasangan cowok dan cewek yang bercengkerama sambil tangan memegang botol minuman keras. Bule dan warga lokal juga masih asyik dengan tarian disco di depan bar. Musik makin kencang dan bartender juga makin sibuk melayani pembeli dengan campuran minuman.

Pesta tahun baru di Myroom terpaksa kami akhiri dan berpamitan dengan Irfan. “Lain waktu ke sini lagi ya. Nanti saya kabari lagi, kalau Mas Baim atau Mas Raffi sedang di Bali,”sapanya ramah sambil terus memegang tangan Inank.

Dalam perjalanan ke Denpasar, Inank mengaku diajak kencan oleh Irfan setelah kerjaannya selesai pukul enam pagi. Karena harus mengantar saya, ajakan tersebut terpaksa ditolak. “Tadi dia cemburu sama kamu, kirain kamu pasanganku. Setelah aku jelasin ternyata dia mengerti dan mau mengajakku kencan jam 6 pagi nanti. Karena aku sudah capek terpaksa aku tolak. Mungkin lain waktu saja,”jelas Inank kepadaku sampai di depan Masjid Ar Rahmat, jalan Raya Kuta, depan central parkir untuk sholat shubuh.

By Didik Purwanto

Copywriter | Ghost Writer | ex Business Journalist | Farmer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *